Widget HTML #1

Sandiaga Uno Ungkap Alasan Hindari Investasi Crypto

Sandiaga Uno Ungkap Alasan Hindari Investasi Crypto

COND.MY.ID - Investasi cryptocurrency seperti Bitcoin memang sedang tren, namun tak semua tokoh publik serta investor papan atas tergoda untuk ikut dalam euforia ini.

Salah satunya adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, yang secara terbuka menyatakan belum tertarik berinvestasi di aset kripto.

Bukan tanpa alasan, Sandiaga mengungkapkan prinsip investasinya yang lebih konservatif dan berbasis fundamental yang kuat.

Dalam sebuah pernyataan publik yang banyak dikutip media, Sandiaga Uno mengungkapkan alasannya tidak ikut-ikutan dalam tren investasi crypto.

Ungkapan jujurnya ini bisa menjadi bahan refleksi bagi para investor pemula yang sering terbawa hype tanpa memahami risiko dan dasar investasi yang sehat.

Tidak Investasi Crypto Karena Tidak Memahami Fundamentalnya

Sandiaga Uno secara tegas mengatakan bahwa dirinya belum berinvestasi di Bitcoin atau aset kripto lainnya, karena merasa belum memahami secara utuh dasar dan mekanisme dari aset digital tersebut.

"Kenapa per hari ini saya belum berinvestasi di crypto, bitcoin dan lain sebagainya? Karena saya nggak ngerti, Pak. Saya nggak ngerti fundamentalnya Bitcoin itu apa," ungkap Sandiaga Uno.

Sebagai seorang yang terbiasa mengambil keputusan berbasis data dan analisa, Sandiaga menolak untuk berspekulasi dengan instrumen yang tidak ia pahami.

Prinsip ini penting dalam dunia investasi, terutama di tengah fenomena Fear of Missing Out (FOMO) yang sering membuat investor pemula tergesa-gesa mengambil keputusan.

Prinsip Investasi: Fokus pada Fundamental yang Kuat

Alih-alih terjun ke investasi kripto yang volatil dan belum sepenuhnya dipahami, Sandiaga lebih memilih instrumen investasi yang memiliki dasar kinerja yang jelas, seperti saham perusahaan besar yang sudah teruji.

"Saya menganut konsep investasi yang fundamentalnya adalah investasi yang berkaitan dengan kinerja dari sebuah instrumen. Jadi saya nggak pernah berspekulasi. Saya hindari spekulasi," pungkas Sandiaga Uno.

Contohnya, Sandiaga menyebut saham Bank Mandiri sebagai salah satu instrumen investasi yang ia pahami betul.

Bank ini memiliki net interest margin yang kuat, revenue yang solid, dan pondasi bisnis yang kokoh—parameter penting dalam memilih investasi jangka panjang.

Jangka Panjang, Bukan Sekadar Cuan Sesaat

Salah satu prinsip investasi yang dipegang Sandiaga Uno adalah berinvestasi untuk jangka panjang. Ia menghindari gaya investasi spekulatif yang hanya mengejar keuntungan cepat dalam waktu singkat.

"Saya tidak pernah beli sebuah investasi terus besok naik 10% saya jual. Saya analisa betul 3–6 bulan. Begitu saya cocok dengan sebuah investasi, saya pegang minimal 5 tahun," tegasnya.

Pendekatan ini sejalan dengan prinsip value investing yang dianut oleh investor legendaris seperti Warren Buffett. Fokus bukan pada fluktuasi harga harian, tetapi pada nilai intrinsik dan pertumbuhan jangka panjang dari suatu aset.

Pelajaran untuk Investor Pemula: Pahami Sebelum Masuk

Banyak investor pemula tergoda masuk ke dunia kripto hanya karena melihat lonjakan harga atau mendengar cerita sukses orang lain. Padahal, pemahaman terhadap risiko dan fundamental investasi adalah kunci utama untuk meraih hasil yang berkelanjutan.

Sandiaga Uno memberikan contoh nyata bahwa bahkan tokoh besar sekalipun tidak malu untuk mengakui jika belum memahami suatu instrumen. Lebih baik menunggu dan belajar, daripada terjebak dalam spekulasi yang bisa merugikan.

Berikut beberapa tips dari prinsip investasi ala Sandiaga Uno:

  • Pilih investasi yang dipahami secara menyeluruh.
  • Fokus pada fundamental, bukan hanya potensi cuan.
  • Hindari spekulasi, apalagi yang berbasis tren sesaat.
  • Pegang aset jangka panjang, minimal 5 tahun untuk hasil optimal.
  • Analisa dulu sebelum membeli, jangan asal ikut-ikutan.

Crypto vs Saham: Mana yang Lebih Cocok?

Jika dibandingkan secara umum, saham dan kripto memang memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Kripto seperti Bitcoin dikenal karena volatilitasnya yang tinggi, sedangkan saham—terutama blue chip—lebih stabil dan berbasis kinerja perusahaan nyata.

Aspek Cryptocurrency Saham Konvensional
Volatilitas Sangat tinggi Cenderung stabil
Dasar Fundamental Terbatas Berdasarkan laporan keuangan
Regulasi Minim Diatur dengan ketat
Jangka Investasi Umumnya jangka pendek Cocok untuk jangka panjang
Risiko Tinggi Relatif lebih rendah

Kesimpulan: Investasi Harus Berdasar Ilmu, Bukan Ikut Tren

Pernyataan Sandiaga Uno menjadi pengingat penting di tengah tren investasi yang kian bervariasi. Bahwa berinvestasi bukan soal ikut-ikutan atau cepat kaya, melainkan soal memahami, menganalisa, dan memilih instrumen yang sesuai dengan karakter dan tujuan keuangan.

"Saya berinvestasi di hal-hal yang saya mengerti, yang secara fundamental kuat." — Sandiaga Uno

Admin menyarankan agar setiap calon investor, baik pemula maupun berpengalaman, tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan investasi, terutama di dunia kripto yang penuh spekulasi.

Pelajari dulu, pahami risikonya, dan pastikan investasi Anda berdasar pengetahuan, bukan emosi atau tren.

Jika Anda ingin memulai investasi yang aman dan jangka panjang, pertimbangkan untuk mempelajari saham-saham fundamental kuat, reksa dana, atau bahkan emas digital.

Jangan ragu untuk berdiskusi dengan penasihat keuangan profesional agar setiap langkah Anda lebih terarah.

Jika artikel ini bermanfaat, silakan bagikan ke teman-teman yang sedang bingung memilih instrumen investasi. Yuk, bangun budaya investasi yang cerdas dan berbasis pemahaman, bukan sekadar ikut-ikutan.